Sabtu, 16 April 2011

SANG PERAMAL

Senja mulai turun, ketika hujan hampir reda. Entahlah, hujan tidak pernah bisa diduga, seperti akan reda tetapi terkadang bertambah deras. Lelaki muda itu berjalan santai menyusuri lorong-lorong sempit menuju rumahnya. Sebenarnya bisa saja dia melewati jalan yang lenggang dan lebih nyaman ketimbnag lorong-lorong sempit itu, tetapi melewati lorong-lorong sempit akan menyingkat waktunya untuk sampai di rumahnya. Di keluarkannya kunci rumah dari saku celananya yang sudah basah kuyup oleh siraman air hujan. Segera lelaki itu masuk ke dalam rumah dan untuk kemudian membersihkan tubuhnya sebelum mengambil posisi untuk merenggangkan otot-ototnya yang mulai menegang.
            “Hadi” begitulah orang-orang sering memanggilnya. Pemuda tampan yang penuh teka-teki namun sangat menyenangkan. Hadi menempati rumah neneknya yang sudah lama kosong di Palembang, sedangkan neneknya pindah kerumah putra sulungnya di Medan. Meskipun kecil dan sangat sederhana tetapi untuk di tinggali oleh seorang saja rumah itu terasa sangat luas. Hadi memutuskan tinggal di Palembang ketika harus menyasikkan perceraian kedua orang tuanya. Lelaki dua puluh tahun itu berusaha mencari ketenangan diri dengan cara lari dari kenyataan yang sedang dia hadapi.
            “hay… Hadi” tiba-tiba seseorang muncul di depan pintu rumahnya. Gadis berambut ikal dengan rok mini dan baju ketat tanpa lengan itu langsung masuk tanpa harus menunggu di persilahkan oleh pemilik rumah.
            ‘’malam-malam begini untuk apa kamu datang?” Tanya hadi tanpa ekspresi muka yang jelas. Gadis cantik itu kemudian menarik kursi kosong yang berada tepat di belakang bokongnya.
            “saya mau kamu meramal saya lagi” hadi mengerutkan dahinya sambil menatap tajam pada mata gadis itu. Gadis itu menunggu hadi bicara sesuatu sambil memainkan rambut panjangnya yang ikal. Beberapa menit berlalu hadi hanya diam saya, tidak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya.
            “hey… kamu piker saya datang ke sini hanya untuk melihat wajah masammu itu saja heh?’’ Gadis itu merasa jengkel karena tidak dihiraukan oleh Hadi.
            “saya bukan peramal” jawab hadi singkat. Jemarinya memainkan sekuntum bunga kertar yang telah lusuh. Gadis cantik itu menatap Hadi penuh tanda Tanya. Lelaki yang sangat misterius dan sangat tampan pikirnya.
            ”aku pulang saja”  gadis itu mengambil tasnya kemudian melangkah meninggalkan rumah hadi.
            ”tunggu Sinar!” Hadi menarik tangan perempuan itu membawanya kembali masuk ke dalam rumahnya. Hadi menatap tajam mata Sinar dengan sungguh-sungguh seakan melihat sesuatu yang menakjubkan dalam mata gadis yang bernama Sinat itu. Sinar tidak mampu menolak tatapan Hadi yang membuat jangtungnya berdebar kencang.
“huh…pulanglah dan tolong jangan pernah kemeri lagi” Sinar terkejut mendengar kata-kata hadi yang sangat membuatnya tersinggung. Benar-benar laki-laki tidak tahu di untung pikir Sinar.
Akhirnya sinar pulang dengan membawa hati yang tak karuan, perasaanya campur aduk, kadang-kadang dia harus mencoba membunuh banyangan Hadi dalam benaknya tetapi tidak pernah berhasil. Sianar sangat menyukai hadi hal itulah yang embuat Sinar selalu datang menemui lelaki berwatak dongin itu, tetapi meskipun Sinar tau Hadi orang yang tidak suka orang lain ingin ikut campur dalam hidupnya, Hadi tidak pernah menunjukkan hal itu pada Sinar. Baru kali ini Hadi memperlakukan dirinya sekasar itu dengan mengusir Sinar dari rumahnya tanpa las an yang jelas.
            Sepanjang perjalanan pulang Sinar menekuk wajahnya dalam-dalam, banyangan Hadi terus membuatnya semakin tersiksa dan sakit hati. Dan ketika suasana hatinya semakin kalut Sinar merasakan ada sesuatu yang mencengkram bahunya.
Bersambung……
Kapan-kapan kita sambung lagi ya…!
Atau silahkan kunjungi link di bawah ini.
http://www.dbc-network.com/index.php?id=bulanbiru


Tidak ada komentar:

Posting Komentar